Perubahan Paradigma Pembelajaran Matematika dalam Menghadapi Era Industri 4.0

Ditulis Oleh Admin

Senin, 07 Jun 2021

Perubahan Paradigma Pembelajaran  Matematika

dalam Menghadapi Era Industri 4.0

Oleh: Hendi Senja Gumilar, M.Pd


Istilah Era Industri 4.0 saat ini cukup ramai diperbincangkan diberbagai forum bisnis, ekonomi, politik bahkan pendidikan. Sebuah istilah yang diterima secara meluas sejak kanselir Jerman Angela Merkel menyorotinya di Hannover Fair 2011, yang membuat industri Jerman sangat kompetitif. Dengan semakin konvergennya batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya, teknologi informasi dan komunikasi tentu berimbas pula pada berbagai lintas sektor kehidupan. Karena tidak dapat kita pungkiri bahwa dengan semakin canggihnya teknologi yang sedang berkembang, pasti membawa perubahan yang cukup signifikan.

Produk era Industri 4.0 yang banyak menekankan kepada kemampuan Artificial Inteligence (Kecerdasan Buatan) yang mampu menggerakkan robot-robot yang lebih pintar dan tidak pernah mengeluh, sehingga banyak pekerjaan yang dikerjakan tenaga manusia digantikan dengan teknologi mesin yang lebih murah, efisien dan berkualitas tinggi sehingga industri mampu meningkatkan produktivitasnya secara signifikan. Namun dampak negatifnya adalah terjadi pengurangan permintaan terhadap tenaga kerja, termasuk yang pintar sekalipun. Hal ini dapat menyebabkan lapangan pekerjaan dimasa mendatang akan semakin kompetitif dan pengangguran akan terus meningkatkan jika negara tidak melakukan upaya untuk menghadapi era tersebut.

Satu hal yang pasti bahwa era Industri 4.0 sudah datang dan tidak mungkin menolak atau menghindarinya. Proses ini akan terus berjalan dan harus ada upaya untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkannya. Salah satunya melalui perubahan paradigma dalam dunia pendidikan agar mampu menyiapkan SDM yang memiliki kecakapan sesuai kebutuhan zaman. Jika mengacu pendapat Martadi Ketua Dewan Pendidikan Surabaya, pendidikan setidaknya harus mampu menyiapkan anak didiknya menghadapi tiga hal: 1) menyiapkan anak untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada; 2) menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahnya saat ini belum muncul, dan 3) menyiapkan anak untuk bisa menggunakan teknologi yang sekarang teknologinya belum ditemukan. Sungguh sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi dunia pendidikan. Untuk bisa menghadapi semua tantangan tersebut, syarat penting yang harus dipenuhi adalah bagaimana menyiapkan kualifikasi dan kompetensi guru yang berkualitas di era industri 4.0.

Peserta didik saat ini adalah generasi-Z yaitu generasi yang sudah menggunakan teknologi sebagai bagian dari kesehariannya dan memiliki ekspektasi yang tinggi bahwa teknologi akan digunakan dalam proses belajar mereka. Kondisi ini menjadi tantangan yang harus dihadapi pendidik dalam menghadapi generasi-Z, yang ditandai dengan adanya perilaku/ kebiasaan baru dalam keseharian mereka seperti: 1) dominan pada interaksi virtual, 2) overload informasi, bahkan tidak terverifikasi 3) potensi distraksi (berhenti memberikan atensi pada sesuatu) yang cukup tinggi pada setiap individu.

Para pendidik dituntut menguasai keahlian, kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global. Dunia pendidikan harus mempersiapkan orientasi dan literasi baru terutama yang sangat terkait erat dengan persiapan SDM dalam menghadapi era industri saat ini. Literasi lama yang mengandalkan baca, tulis dan matematika harus diperkuat dengan mempersiapkan literasi baru yaitu literasi data, teknologi dan sumber daya manusia. Literasi data adalah kemampuan untuk membaca, analisa dan menggunakan informasi dari data dalam dunia digital. Kemudian, literasi teknologi adalah kemampuan untuk memahami sistem mekanika dan teknologi dalam dunia kerja. Sedangkan literasi sumber daya manusia yakni kemampuan berinteraksi dengan baik, tidak kaku, dan berkarakter.

Mencermati kondisi di atas, maka diperlukan perubahan paradigma pembelajaran didalam kelas. Pendidik harus mampu  memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam literasi data, teknologi dan sumber daya manusia. Secara khusus di pembelajaran matematika, perkembangan teknologi setidaknya diarahkan untuk:

  1. 1.      Membuat konsep yang sulit dan abstrak menjadi lebih mudah diekplorasi.

Matematika sebagai sebuah sistem pengetahuan tentang pola, sifat dan konsep terstruktur yang saling berhubungan untuk mendefinisikan kebenaran secara cermat, jelas dan akurat. Memiliki karakteristik objek kajian yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, serta penggunaan notasi/simbol yang ketat dengan makna. Karakteristik matematika yang seperti itu pada dasarnya sangat tidak disukai oleh peserta didik, terlebih siswa SMK yang memiliki kecenderungan belajar dengan pola pikir praktis dan sederhana.  Kehadiran teknologi diharapkan menjadi solusi dalam mengatasi masalah tersebut, sehingga saat mempelajari suatu konsep matematika yang sulit dan abstrak, dapat disampaikan secara lebih jelas, lebih sederhana serta dapat dimanipulasi secara virtual. Matematika akan terasa lebih “membumi” saat pendidik mampu menghadirkan pembelajaran yang inovatif dengan adanya interaksi teknologi. Beberapa aplikasi teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika yang pernah penulis lakukan yaitu menggunakan software Geogebra dalam menjelaskan konsep jarak dan sudut pada materi Dimensi Tiga. Melalui software tersebut maka guru dapat menampilkan visualisasi yang lebih nyata  secara 3D saat menjelaskan konsep jarak dan sudut pada bangun ruang, dibandingkan hanya menjelaskan melalui visualisasi di papan tulis semata. Software ini dapat diperoleh guru secara gratis dengan mengunduh di web https://geogebra.id.downloadastro.com dan tersedia banyak tutotial untuk mempelajari. Selain itu, memanfaatkan lab maya matematika yang tersedia dalam web rumah belajar kemendikbud untuk menjelaskan materi Transformasi Geometri. Melalui lab maya guru dapat memvisualkan  proses translasi, refleksi, rotasi dan dilatasi secara virtual, sehingga peserta didik mendapatkan gambaran yang utuh terhadap konsep tersebut. Guru dapat mengaksesnya dan manfaatkan fasilitas tersebut melalui alamat web https://belajar.kemdikbud.go.id/LabMaya/Experiments/transformasigeometri.

  1. 2.      Menciptakan pembelajaran yang menarik, meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar dan menyediakan sumber belajar yang berkualitas.

Adanya berbagai kelas maya seperti edmodomoodlegoogle classroom, flipped classroom  dan lain sebagainya dapat memberikan fleksibilitas waktu yang lebih besar bagi peserta didik untuk belajar, mereka dapat belajar kapan saja dan dimana saja. Memperoleh informasi dan konsep yang lebih jelas serta sumber belajar yang begitu melimpah didunia maya, sehingga dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.  Guru dan peserta didik dapat berkomunikasi secara online melalui chat atau video conference, sehingga pembelajaran akan lebih cair, tidak kaku dan berlangsung dua arah. Pengalaman belajar matematika yang umumnya dialami peserta didik dengan suasana tegang, kaku, kurang percaya diri untuk bertanya dan mengemukakan pendapat bahkan jenuh, bergeser menjadi pembelajaran yang bermakna, tidak kaku, menimbulkan rasa percaya diri, dan menyenangkan. Kondisi ini dapat mengoptimalkan peran seorang guru sebagai fasilitator pembelajaran bukan lagi sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, mereka mendapatkan sumber pengetahuan lain dari guru virtual yang ada didunia maya.

  1. 3.       Menyimpan dan menganalisis data peserta didik untuk proses penilaian sehingga memudahkan dalam mengidentifikasi, mengenali dan memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Bagian akhir dari suatu proses pembelajaran adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Melalui aktivitas tersebut pendidik memperoleh gambaran sejauh mana kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan berjalan efektif tidaknya, serta mengukur keterserapan materi oleh peserta didik. Kehadiran alat evaluasi interaktif seperti yang terdapat pada edmodomoodlegoogle classroomflipped classroom, kahoot ataupun quizizz memberikan kemudahan bagi pendidik untuk melakukan proses tersebut. Hasil evaluasi serta analisisnya dapat diperoleh guru secara cepat, sehingga kemajuan belajar peserta didik dapat lebih terpantau dan  mendukung dalam membuat keputusan yang lebih profesional. 

            Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.” Dengan semangat hadist tersebut, sudah menjadi keharusan bagi seorang pendidik untuk merubah paradigma mereka dalam pembelajaran, bekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan sesuai kebutuhan di zamannya, bahkan persiapkan mereka untuk menghadapi zaman selanjutnya agar menjadi inisiator perubahan bukan sekedar follower perubahan. Guru matematika memiliki peran yang cukup besar dalam menginisiasi perubahan tersebut, karena perkembangan teknologi yang ada saat ini sangat erat kaitannya dengan ilmu matematika sebagai ratunya ilmu. Maka terjadinya perubahan paradigma pembelajaran matematika, sejatinya dapat  menginspirasi guru mata pelajaran lain untuk sama-sama berubah.  Ibarat bola salju, yang semakin lama semakin membesar sehingga menjadi gerakan revolusi dalam dunia pendidikan, yaitu lahir revolusi pendidikan 4.0 untuk menghadapi era industri 4.0.



Pengirim : Hendi Senja Gumilar, M.Pd