POPPY NOVIANTI, S.T
SMK NEGERI 8 BANDUNG
Email: poppynovianty0@gmail.com
ABSTRAK
Perkembangan teknologi digital telah mempengaruhi interaksi antara siswa dan orang tua, dengan gadget menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Penggunaan gadget yang berlebihan cenderung mengurangi intensitas dan kualitas hubungan tersebut, menciptakan kesenjangan komunikasi yang signifikan. Guru memiliki peran penting sebagai penghubung untuk mengatasi dampak negatif ini dengan memberikan panduan dan nasihat kepada siswa dan orang tua. Langkah-langkah konkret seperti pembatasan waktu layar, pembentukan aturan keluarga, dan peningkatan kesadaran akan pentingnya interaksi sosial langsung dapat meningkatkan etika dan komunikasi siswa dengan orang tua di era digital. Kolaborasi antara sekolah dan orang tua penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat.
Kata kunci: teknologi digital, gadget, interaksi, peran guru.
Abstract
The advancement of digital technology has influenced the interaction between students and parents, with gadgets becoming an inseparable part of daily life. Excessive gadget use tends to diminish the intensity and quality of these relationships, creating significant communication gaps. Teachers play a crucial role as mediators to address these negative impacts by providing guidance and advice to both students and parents. Concrete steps such as screen time restrictions, family rule formation, and increased awareness of the importance of direct social interaction can enhance the ethics and communication between students and parents in the digital era. Collaboration between schools and parents is essential to create a healthy educational environment.
Keywords: digital technology, gadget, interaction, teacher’s role.
PENDAHULUAN
Di era di mana teknologi mengalami kemajuan pesat, peran gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi digital telah mempengaruhi dinamika hubungan keluarga, mengarah pada penggunaan media digital oleh semua anggota keluarga, termasuk orang tua dan anak-anak. Salah satu bentuk media digital yang paling umum digunakan adalah gadget (Gabriela dan Mau, 2021). Gadget merupakan salah satu bentuk media modern yang digunakan untuk berkomunikasi. Kemajuan pesat dalam perkembangan gadget telah semakin memudahkan proses komunikasi dalam kehidupan manusia (Syahyudin, 2019). Hal ini menandakan bahwa gadget tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana yang sangat efisien dalam memfasilitasi interaksi antarindividu.
Indonesia, sebagai negara dengan pengguna internet terbesar di Asia Tenggara, menunjukkan tingkat aktivitas yang tinggi di media sosial. Menurut laporan dari We Are Social, pada bulan Januari 2023, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 213 juta orang. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan, setara dengan 77% dari total populasi Indonesia yang mencapai 276,4 juta orang pada awal tahun tersebut (databoks 2023). Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin terhubung dengan dunia digital, menciptakan peluang baru serta tantangan dalam berbagai aspek kehidupan.
Fenomena dominasi gadget dalam kehidupan sehari-hari telah membawa dampak kompleks terhadap hubungan antara siswa dengan orang tua. Orang tua sering mengeluhkan kurangnya penghargaan dari anak-anak mereka, sementara siswa merasa terkekang oleh orang tua. Interaksi tatap muka yang minim juga menjadi masalah, dengan siswa lebih sering terpaku pada layar gadget mereka. Dalam konteks ini, peran guru menjadi penting sebagai penghubung antara siswa dan orang tua. Mereka memiliki kesempatan untuk membantu mengatasi tantangan ini dan mempromosikan etika yang baik serta komunikasi yang sehat di era digital.
Artikel ini bertujuan untuk menyoroti peran penting guru sebagai penghubung antara siswa dan orang tua dalam menghadapi tantangan ini. Melalui pembahasan ini, diharapkan pembaca dapat memahami dampak negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan serta langkah-langkah konkrit yang dapat diambil untuk memperbaiki situasi dan menciptakan lingkungan pendidikan yang mempromosikan etika yang baik dan komunikasi yang sehat di era digital ini.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian kualitatif studi dokumen digunakan dalam artikel ini untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi terkait dengan sikap dan prilaku atau etika siswa dan upaya penanggulangannya. Studi dokumen adalah metode dalam penelitian kualitatif di mana peneliti mengumpulkan dan menganalisis dokumen tertulis yang relevan dengan topik penelitian. Dokumen tersebut bisa berupa laporan, artikel, catatan arsip, dan lain sebagainya. Studi dokumen membantu peneliti memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang fenomena yang diteliti tanpa perlu mengumpulkan data primer (Creswell, 2022).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan gadget telah menghadirkan perubahan yang mendasar dalam interaksi antara siswa dan orang tua. Penelitian mengungkap bahwa penggunaan gadget secara berlebihan cenderung mengurangi intensitas dan kualitas waktu interaksi langsung antara siswa dengan orang tua mereka (Nugroho et al, 2022). Dampak negatifnya terasa lebih jauh, di mana orang tua seringkali merasa diabaikan atau kurang dihargai oleh anak-anak mereka. Ketika siswa lebih memilih terlibat dengan dunia maya melalui gadget, kehadiran fisik dan emosional mereka dalam interaksi keluarga menjadi terbatas. Hal ini bisa memicu perasaan kesepian, kurangnya koneksi emosional, dan bahkan perasaan terasing di antara anggota keluarga. Ketidakseimbangan ini dalam dinamika keluarga dapat menciptakan ketegangan, konflik, dan kurangnya rasa saling pengertian di dalam rumah tangga. Oleh karena itu, perubahan dalam interaksi sosial yang disebabkan oleh penggunaan gadget menimbulkan tantangan yang nyata bagi hubungan antara siswa dan orang tua, serta membutuhkan penanganan yang cermat dan berkelanjutan.
Tantangan bagi Guru dalam Mengatasi Dampak Negatif Gadget
Perspektif guru memiliki peran yang sangat vital dalam mengatasi dampak negatif penggunaan gadget pada siswa. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai pengajar di kelas, tetapi juga sebagai penghubung antara siswa dan orang tua dalam menangani tantangan yang muncul akibat penggunaan gadget. Menurut studi oleh Destiawati dkk (2019), guru sering kali berperan sebagai mediator antara siswa dan orang tua dalam hal pendidikan teknologi, di mana mereka memberikan panduan dan nasihat kepada kedua belah pihak tentang penggunaan gadget yang sehat dan bertanggung jawab. Namun, dalam mengemban peran ini, guru juga dihadapkan pada tantangan tersendiri. Mereka harus mengelola penggunaan gadget di kelas dengan bijak, memastikan bahwa siswa tetap fokus dan terlibat dalam proses pembelajaran. Menurut penelitian oleh Prastian. (2022), terlalu banyak gangguan dari gadget dapat mengganggu konsentrasi siswa, sehingga guru perlu mengembangkan strategi kreatif untuk meminimalkan gangguan tersebut, seperti memanfaatkan aplikasi pembelajaran yang interaktif atau membatasi waktu penggunaan gadget di kelas.
Tantangan penggunaan gadget di pendidikan menuntut perhatian khusus dari guru. Mereka harus terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola gadget di kelas, termasuk integrasi teknologi dengan pembelajaran, serta kesadaran terhadap risiko dan dampak negatif. Dukungan terhadap penggunaan gadget yang bertanggung jawab penting, dengan guru sebagai agen perubahan yang mempromosikan sikap positif dan etis terhadap teknologi. Pedoman yang jelas tentang penggunaan gadget di sekolah juga diperlukan. Selain itu, komunikasi yang sehat antara siswa, orang tua, dan guru dalam era digital perlu ditekankan, dengan pembelajaran tentang etika digital dan memfasilitasi dialog terbuka. Dengan pengembangan keterampilan, dukungan inisiatif, dan promosi komunikasi yang sehat, guru dapat menjadi pemimpin dalam membentuk lingkungan pendidikan yang adaptif di era digital.
Langkah-langkah Konkret untuk Meningkatkan Etika dan Komunikasi
Meningkatkan etika dan komunikasi siswa dengan orang tua di era digital memerlukan serangkaian langkah konkret yang melibatkan berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah rincian langkah-langkah yang dapat diambil:
Pembatasan Waktu Layar: Pembatasan waktu layar merupakan aspek penting dalam mengelola penggunaan gadget siswa. Orang tua memegang peran kunci dalam menetapkan batasan yang jelas untuk waktu penggunaan perangkat elektronik, baik untuk hiburan maupun kegiatan pendidikan. Misalnya, mereka dapat merencanakan waktu spesifik setelah pulang sekolah, yakni 1-2 jam, untuk penggunaan gadget, sambil memastikan bahwa layar dimatikan selama waktu makan bersama dan sebelum tidur. Strategi ini tidak hanya membantu membatasi paparan terhadap layar, tetapi juga mendorong siswa untuk mengalokasikan waktu untuk interaksi sosial nyata dan kegiatan di luar ruangan, yang memiliki nilai penting dalam perkembangan mereka. Dengan demikian, pembatasan waktu layar tidak hanya mengurangi dampak negatif dari penggunaan gadget, tetapi juga membentuk pola perilaku yang sehat dan seimbang pada siswa di era digital ini (Amalia et al, 2023).
Pembentukan Aturan Keluarga tentang Penggunaan Gadget: Kerjasama keluarga dalam mengembangkan aturan yang jelas tentang penggunaan gadget di rumah adalah kunci dalam mempromosikan penggunaan yang bertanggung jawab. Ini melibatkan penentuan tempat-tempat di rumah yang bebas dari penggunaan gadget,
seperti ruang makan atau ruang keluarga, untuk mendorong interaksi sosial dan keluarga yang lebih nyata. Selain itu, aturan keluarga harus menetapkan batasan waktu yang tepat, seperti melarang penggunaan gadget selama waktu makan bersama dan sebelum tidur. Langkah-langkah ini membantu siswa memahami pentingnya keseimbangan antara waktu online dan offline, serta mengembangkan keterampilan manajemen waktu yang lebih baik. Dengan demikian, upaya bersama keluarga dalam menetapkan aturan tentang penggunaan gadget di rumah dapat membentuk pola perilaku yang sehat dan seimbang bagi anggota keluarga, termasuk siswa.
Peningkatan Kesadaran akan Pentingnya Interaksi Sosial Langsung (Atmojo et al, 2022): Kolaborasi antara orang tua dan guru dalam meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya interaksi sosial langsung adalah kunci dalam mendukung perkembangan holistik mereka. Mereka dapat mengajak siswa untuk terlibat dalam berbagai kegiatan di luar ruangan, seperti olahraga, seni, atau kerja sosial, yang tidak hanya mempromosikan interaksi sosial positif tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial mereka. Selain itu, diselenggarakannya diskusi atau workshop tentang pentingnya komunikasi langsung dalam membangun hubungan yang sehat dan menyelesaikan konflik dengan baik dapat menjadi langkah efektif. Dengan demikian, melalui kolaborasi antara orang tua dan guru, siswa dapat memahami nilai penting dari interaksi sosial langsung dan mengintegrasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga membentuk individu yang lebih seimbang dan terhubung dengan lingkungan sekitarnya.
Kerjasama antara Sekolah dan Orang Tua (Destiawati et al, 2021): Sekolah dan orang tua perlu bekerja sama dalam membangun pemahaman bersama tentang dampak negatif penggunaan gadget dan strategi untuk mengatasi tantangan ini. Sekolah dapat menyelenggarakan sesi informasi atau workshop untuk orang tua tentang risiko yang terkait dengan penggunaan gadget berlebihan dan bagaimana mereka dapat mendukung anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi secara positif. Selain itu, guru dapat memasukkan materi tentang etika digital dan penggunaan yang bertanggung jawab dari teknologi dalam kurikulum mereka, sehingga siswa dapat belajar tentang pentingnya menggunakan teknologi dengan bijaksana dan etis.
PENUTUP
Dalam era di mana teknologi telah meresap begitu dalam dalam kehidupan sehari- hari, peran gadget sebagai alat komunikasi dan hiburan telah menjadi tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, dengan kemajuan teknologi yang begitu cepat, kita juga harus mengakui dampak kompleks yang ditimbulkannya terhadap dinamika hubungan antara siswa dan orang tua di era digital ini. Dengan pemahaman yang mendalam tentang masalah ini dan langkah-langkah konkret yang diambil, kita dapat mulai memperbaiki situasi ini. Peran guru sebagai penghubung antara siswa dan orang tua menjadi sangat penting dalam menghadapi tantangan ini. Mereka bukan hanya pengajar di kelas, tetapi juga mediator yang membantu mengelola dampak negatif gadget dan mempromosikan komunikasi yang sehat antara siswa dan orang tua. Melalui kolaborasi antara sekolah dan orang tua, serta penerapan langkah-langkah konkret seperti pembatasan waktu layar dan pembentukan aturan keluarga, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang mempromosikan etika yang baik dan komunikasi yang sehat di era digital ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R., Ardhi, P., & Haliza, F. (2023). Game Online menjadi Penyebab Krisis Etika Generasi Muda. Jurnal Transformasi, Vol. 19 No. 2, 65-76.
Annur, C. M. (2023). Pengguna Internet di Indonesia Tembus 213 Juta Orang hingga Awal 2023. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/09/20/pengguna- internet-di-indonesia-tembus-213-juta-orang-hingga-awal-2023.
Atmojo, A. M., Sakinah, R. L., & Wantini. (2022). Permasalahan Pola Asuh dalam Mendidik Anak di Era Digital. Jurnal Obsesi, Vol. 6 No. 3, 1965-1975.
Destiawati, F., Dhika, H., & Paramita, A. (2021). Peranan guru dalam Menghadapi Pengaruh Negatif Penggunaan Internet. BERNAS, Vol. 2 No. 3, 671-677.
Gabriela, J., & Mau, B. (2021). Dampak Penggunaan Gadger terhadap Perkembangan Perilaku anak Remaja Masa Kini. Jurnal Excelsis Deo, Vol. 5 No. 1, 99-110.
Nugroho, R., Artha, I. K. A. J., & Nusantara, W. (2022). Peran Orang Tua dalam Mengurangi Dampak Negatif Penggunaan Gadget. Jurnal Obsesi, Vol. 6 No. 5, 5425-5436.
Prastian, H. N. (2022). Pengaruh pemanfaatan gadget, minat belajar, dan lingkungan sekolah terhadap hasil belajar (studi kasus pada siswa Kelas XI Mata Pelajaran Penataan Produk Jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran di SMKN 02 Blitar). Tesis diploma, Universitas Negeri Malang.
Syahyudin, D. (2019). Pengaruh gadget terhadap Pola Interaksi Sosial dan Komunikasi Siswa. Jurnal Kesehatan Kehumasan, Vol. 2 No. 1, 272-282.
Arlinta, D. (2019). Pola Komunikasi Orangtua jadi tantangan di Era Digital. https://www.kompas.id/baca/utama/2019/04/15/pola-komunikasi-orangtua-jadi- tantangan-di-era-digital.