Nilai Etika Siswa yang Hilang

Ditulis Oleh Admin

Senin, 21 Nov 2022

Penulis : Lilih Yuliawaty, S.Pd

Karakter, watak atau pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan. Penggunaan bahasa yang lemah lembut, sopan, santun  sistematis, teratur, jelasdan lugas mencerminkan pribadi penuturnya berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan bahasa yang tidak baik sarkasme, menghujat, memaki, menfitnah, mendeskredit, memprovokasi, mengejek atau melecehkan akan mencitrakan pribadi yang tak berbudi.

Pada abad milenial ini berbagai pengaruh negatif selain pengaruh internal (kurangnya pengetahuan) yang bisa menyebabkan turunnya nilai estetika seseorang  antaralain lingkungan pergaulan luar, tontonan di TV atau gadjet.

Dalam dunia pendidikan telah dilakukan berbagai kiat untuk memperbaiki situasi ini yaitu lewat penyuluhan, Pembinaan Walikelas dan melalui beberapa mata pelajaran. Salah satunya adalah Bahasa.

Bahasa memang memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Begitu pentingnya bahasa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga perlu suatu kebijakan yang berimplikasi pada pembinaan dan pembelajaran di lembaga pendidikan. Salah satu bentuk pembinaan yang dianggap paling strategis adalah pembelajaran Bahasa Indinesia, bahasa Sunda, Agama, PKn dan mata pelajaran lainnya disekolah.

Dalam KTSP, bahasa Indonesia dalam kelompok mata pelajaran estetika. Kelompok ini juga merupakan salah satu penyangga dari kelompok agama dan akhlak muia. Ruang lingkup akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti atau moral.

Mudah mudahan hal ini akan berpengaruh banyak terhadap siswa, menjaddi pribadi yang lebih baik beretika dengan tatanan sopan santun yang berbudaya.